»

Hasil Pencarian

Senin, 31 Mei 2010

Rokok vs Nginang

img
Selain dibakar dalam bentuk rokok, tembakau juga dinikmati dengan cara lain termasuk dikunyah bersama daun sirih (nginang). Meski tidak berasap, nginang ternyata memiliki risiko kesehatan yang sama dengan merokok.

Tradisi mengunyah tembakau dikenal luas di berbagai daerah di Indonesia maupun dunia. Salah satunya di Jawa Tengah dan sekitarnya, yang populer dengan istilah nginang atau nyusur.

Saat nginang, tembakau tidak digunakan sendirian melainkan ada campurannya. Di antaranya adalah endapan kapur (Jawa: njet), buah pinang, daun gambir dan tidak lupa daun sirih.


Masyarakat meyakini, tradisi ini memberikan manfaat bagi kesehatan gigi dan mulut. Meski belum banyak penelitian tentang dugaan tersebut, kebanyakan penginang memang memiliki mulut yang sehat serta gigi yang kuat meski berwarna agak kekuningan.

Anggapan ini mungkin ada benarnya, sebab beberapa campurannya yakni gambir serta daun sirih dikenal sebagai antiseptik. Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya dapat mencegah pertumbuhan kuman-kuman penyebab sakit gigi dan bau mulut.

Selain itu nginang juga menggunakan endapan kapur sebagai campuran. Endapan yang telah membentuk pasta ini mengandung kalsium, yang diyakini punya manfaat bagi kesehatan gigi dan tulang.

Sampai di sini, manfaat nginang belum terbantahkan. Namun masih ada satu komponen lagi yang pastinya kontroversial, yakni tembakau. Jika tembakau dikatakan berbahaya ketika dalam bentuk rokok, apakah hal yang sama berlaku juga dalam nginang?

Seperti dilansir dari ncbi.nlm.nih.gov, Senin (31/5/2010) sebuah penelitian pernah dilakukan oleh National Board of Health and Welfare (1997) untuk melihat hal itu. Ternyata pada smokeless tobacco (produk tembakau non-rokok) termasuk nginang, dijumpai risiko kesehatan yang sama dengan merokok meski sedikit lebih kecil.

Risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah pada smokeless tobacco meningkat 2 kali lipat dibandingkan ketika tidak mengonsumsi tembakau. Sedangkan pada rokok, risiko terebut menginkat 3 kali lipat.

Selain itu, smokeless tobacco dapat meningkatkan tekanan darah sehingga memperbesar risiko hipertensi. Hal yang sama juga terjadi pada rokok.

Karena dampak negatifnya lebih kecil, dalam hal ini nginang bisa dikatakan lebih aman dibandingkan rokok. Apalagi dampak tersebut hanya dialami oleh yang bersangkutan, tidak seperti rokok yang mengenal istilah perokok pasif.

Jika dari sisi kesehatan dampak negatif nginang sudah ditemukan, dampak negatif dari sisi lingkungan sebenarnya juga ada.

Salah satu komponen dalam nginang adalah pinang, yang mengandung alkaloid bernama arecoline. Senyawa ini akan memberi warna yang khas pada air liur saat nginang, yakni merah terang.

Kebiasaan buruk di desa-desa adalah meludah sembarangan. Dengan warna air liur yang semacam itu, kebiasaan itu tentu saja akan meninggalkan noda berupa bercak merah di mana-mana.

Sebenarnya masyarakat di Indonesia seperti di Jawa mempunyai wadah khusus untuk meludah, berupa kaleng kecil yang disebut tempolong. Masalah lingkungan akan teratasi jika saja semua orang yang nginang punya wadah semacam ini.sumber:detik

0 komentar: