Jakarta, Abang becak yang menyatakan diri antirokok mungkin terkesan belagu, mengingat teman-temannya pasti banyak yang suka merokok di pangkalan. Namun kenyataannya, becak-becak antirokok lebih mampu menarik simpati pelanggan khususnya ibu-ibu.
Hal ini diakui oleh Pak Salam (51 tahun), seorang abang becak yang mangkal di Puskesmas Kedung Waringin, Kabupaten Bekasi. Meski becaknya dihias dengan banner atau spanduk antirokok, ia belum pernah dibilang belagu baik oleh pelanggan maupun sesama abang becak.
Padahal banner atau spanduk tersebut dipasang persis di bagian depan becaknya, sekaligus berfungsi sebagai penutup saat hujan atau panas terik. Tulisannya terang-terangan berisi peringatan tentang betapa berbahayanya asap rokok, yakni "Smoking Danger!"
"Selama ini sih tidak ada yang sinis atau komentar negatif, yang ada malah dipuji sama ibu-ibu. Mungkin dipikirnya unik. Kebetulan pelanggan kami memang kebanyakan ibu-ibu yang mau pergi ke pasar," kata Pak Salam saat dihubungi detikHealth, Selasa (14/2/2012).
Menurut Pak Salam, kebanyakan ibu-ibu yang menjadi pelanggannya tidak menyukai asap rokok. Berada di dalam becak dengan dikemudikan oleh seorang abang becak yang tidak merokok tentu memberikan kenyamanan tersendiri bagi ibu-ibu yang mau pergi ke pasar.
Pak Salam juga tidak sekedar gaya-gayaan dengan memasang spanduk antirokok di becaknya. Meski dulunya adalah seorang perokok, namun ia memutuskan berhenti beberapa bulan yang lalu dan melalui pesan-pesan di becaknya itu ia ingin menyampaikan bahwa berhenti merokok itu mudah.
Alasan Pak Salam berhenti merokok juga cukup menarik untuk dicontoh. Sebagai abang becak dengan penghasilan tidak lebih dari Rp 30.000/hari, ia merasa sangat berdosa jika sampai anak-anaknya tidak bisa sekolah hanya karena uangnya habis untuk beli rokok.
"Anak saya 4, yang sulung hanya lulus SD karena waktu itu tidak punya duit. Mau tidak mau sekarang saya harus banyak nabung biar tidak ada lagi yang putus sekolah," kata Pak Salam yang masih harus mengongkosi 3 anaknya yang lain, masing-masing duduk di bangku SMK, SMP dan SD.
Selain Pak Salam, ada sekitar 10 abang becak lain di sekitar Puskesmas Kedung Waringin yang menyatakan diri antirokok dan memasang banner atau spanduk antirokok di becaknya. Abang-abang becak itu kini terwadahi dalam sebuah komunitas yang dinamakan BETARO alias Becak Tanpa Rokok.
Terbentuknya komunitas BETARO tidak lepas dari peran Mukrim Elwildo, seorang petugas promosi kesehatan di Puskesmas Kedung Waringin. Di Puskesmas tersebut, Mukrim atau yang akrab dipanggil Ki Mukrim ini kebetulan juga memegang Klinik Berhenti Merokok.
Spanduk dan banner antirokok bekas dari klinik tersebut dulunya hanya dibuang-buang setelah tidak digunakan, namun sekarang dimanfaatkan untuk menghias becak. Ki Mukrim jelas tidak keberatan, sebab inisiatif abang-abang becak ini sangat membantu tugasnya di bidang promosi kesehatan.
"Sekarang malah ada yang bantu bikin banner sendiri, jadi tidak pakai banner bekas lagi. Kemarin ada Rp 1.350.000 dari donatur dan itu kebanyakan kalau hanya untuk bikin banner. Mungkin mau dibuatkan rompi antirokok sekalian biar seragam," papar Ki Mukrim saat dihubungi detikHealth.
RPP Tembakau Masih Terus Dibahas
Ketika abang-abang becak di Bekasi sudah menunjukkan inisiatifnya untuk mengkampanyekan hidup sehat, pemerintah belum juga mengesahkan Rancangan Peraturan Pemeritah (RPP) tentang Tembakau. Peredaran produk tembakau khususnya rokok relatif masih sangat longgar.
"RPP Tembakau saat ini masih terus dibahas, masih akan dirapatkan sekali lagi oleh menteri-menteri terkait. Saya sendiri inginnya cepat-cepat disahkan," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih saat ditemui usai membuka konsultasi regional World Health Organization South East Asia Region (WHO-SEARO) di Hotel Ramada Kuta, Senin (13/2/2012).
Beberapa hal yang diatur dalam RPP tersebut antara lain rokok tidak boleh dijual secara eceran atau ketengan, serta tidak boleh dijual pada anak-anak di bawah umur. Selain itu, kemasan rokok nantinya juga harus mencantumkan peringatan bergambar tentang bahaya rokok.
Pembahasan RPP Tembakau selama ini memang diwarnai dengan kontroversi. Di satu sisi diharapkan bisa melindungi kesehatan anak-anak dan orang yang tidak merokok, namun di sisi lain dianggap mematikan industri rokok dan nasib ribuan buruh maupun petani tembakau.
from:detik.com
3 komentar:
Salut!! Ayo hidup sehat tanpa rokok!
Mantap
saya dulu perokok berat
sekarang saya bukan perokok lagi
berhenti meroko itu gampang.....
http://dosilasolfahmiredo.blogspot.com/2014/04/pemuda-pemudi-penjemput-kematian.html
Posting Komentar